Meski Menurun, Dinkes Pangandaran Minta Masyarakat Tetap Waspada Penyakit Leptospirosis

Penyakit leptospirosis atau kencing tikus di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mengalami penurunan.

Hal tersebut disampaikam oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Aang Saeful Rahmat bahwa pada tahun 2022 lalu, yang positif penyakit leptospirosis di Kabupaten Pangandaran ada.

“Namun, pada awal tahun 2023 ini kami belum mendapat laporan warga yang positif leptospirosis baik dari Puskesmas maupun dari RSUD Pandega,” ujarnya.

Menurut Aang, orang berisiko tertular adalah petani yang memang bekerja di area basah atau becek, kemudian korban pasca banjir, selanjutnya orang-orang yang berwisata ke kolam renang.

“Yang positif leptospirosis kebanyakan para petani, karena penyakit tersebut masuk melalui luka di tubuh manusia,” terangnya.

Sedangkan, kalau leptospirosis, sambung dia, dikatakan positif itu harus tegak diagnosanya. Tegaknya diagnosa gold standarnya adalah MAT.

“Alat tersebut di kita (Pangandaran-red) belum ada, tetapi bisa dibantu dengan rapid, untuk yang positif leptospirosis tahun kemarin (2022) memang ada, tetapi semua sudah ditanggulangi,” ungkapnya.

Untuk mencegah secara personal, kata Aang, yang baik itu harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tetapi para petani tidak terbiasa menggunakan APD.

“Bukan dari luka saja virus tersebut bisa masuk, tetapi bisa saja melalui makanan, dan cara mencegahnya hindari kontak dari tikus dan hindari populasi tikus di lingkungan,” bebernya.

“Kepada masyarakat diimbau jangan terlalu panik dengan adanya kasus penyakit leptospirosis, namun harus tetap waspada,” imbaunya. (**)